Reks..Pernakah anda menonton film ‘Pay it Forward’???film ini dapat dikatagorikan sebagai film drama Hollwood yang dirilis tahun 2000an didalamnnya diceritakan bagaimana seorang bocah (11thn) bernama Trevor dengan ide sederhananya ingin merubah isi dunia dengan cepat,’pay it forward’ atau bisa diartikan bayar didepan adalah aksi simple dimana Trevor membantu 3 orang melepaskan masalah atau problemnya dan ketika setiap orang yang dibantu tadi telah terbantu atau tertolong maka mereka harus membantu 3 orang berikutnya demikian seterusnya,didalam akhir kisah film ini diceritakan Trevor terbunuh tapi yang menakjubkan ketika Trevor dimakamkan begitu banyak orang yang datang silih berganti untuk meletakkan karangan bunga dan menyalakan lilin sembari mengucapkan terimaksih dengan mengucapkan‘pay it forward’ untuk dunia,ribuan orang tersebut adalah orang-orang yang pernah ditolongnya.Demikian Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak positif yang diberikan kepada ribuan orang itu hanya dengan melakukan kebaikan kepada 3 orang saja.
Sesuatu aksi sederhana yang sangat ditonjolkan pada film tersebut adalah bagaimana peran Trevor ketika melakukan aksi itu dengan tulus tanpa pamrih,film ini kemudian mengingatkanku ketika aku tanpa sengaja bertemu seorang alumni smala di bilangan Jatinegara Jakarta,dia seorang laki-laki yang ‘kasar’ saat aku melihatnya marah-marah dengan seorang tukang parkir dari logatnya aku dapat langsung menebak dia adalah orang jawa timur atau bisa juga arek Suroboyo asli (nek iki bener masalahe onok kalimat makian terkenal dari suroboyo)melihat kondisi makin ‘panas’ maka aku mencoba melerai pertengkaran itu,dimulai usai pertengkaran itulah aku mengenal siapa dirinya, dia adalah seorang ‘tukang’penjual jam keliling,katanya pula disela aku ajak dia minum kopi di sebuah kedai dia mengaku lulusan sma 5 suroboyo angkatan 70an(aku rodo kaget juga),aku mencoba mencari tahu kebenaran ini dengan berbagai pertanyaan sebisanya(maklum bedo jauh angkatan) aku mencoba mencocokkan keberadaan smala waktu itu,akhirnya aku menyimpulkan sendiri bahwa Cak Budi ini benar alumni Smala,perbincangan berlanjut bahkan saat dia tahu aku adalah adik kelasnya aku diajak mampir kerumah kontrakanny,Cak Budi tetap tak mau mengaku lulusan tahun berapa dan jika aku mendesak maka dia mengatakan lupa!.
Saat dalam perjalanan kerumahnya aku semakin mengenalnya,Cak Budi mengaku hidupnya tak beruntung selepas dari smala dia tak meneruskan sekolah karena faktor biaya,untuk itu dia merantau ke Jakarta tinggal tak menentu dan dengan pekerjaan tak tetap membuat hidup cak Budi makin susah,pernah katanya dia menjadi preman di pasar ular hingga blok M,kini dia punya pekerjaan tetap saat usianya menginjak 55 tahun lebih yaitu sebagai ‘tukang’ jualan jam tangan murah (raut mukanya terlihat bangga saat mengatakan hal ini).
Sesampai dirumahnya terlihat rumah yang sangat sederhana bahkan terkesan bukan rumah yang layak dihuni,kumuh dan berdempet-dempet dengan ‘rumah’ lainnya,akupun diajaknya masuk tak berapa lama kemudian aku dikenalkan dengan anaknya yang sedang menggendong bayi,cak Budi bercerita bahwa istrinya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan kini hanya tinggal bersama anak perempuan satu-satunya (anaknya telah cerai karena ditinggal lari oleh suaminya).dari anaknya ini cak Budi mempunyai cucu yang katanya sering sakit-sakitan karena kurang gizi sejak dalam kandungan.sungguh suatu kehidupan yang ironis bagi cak Budi di sisa usiannya.
Perbincangan berlanjut kemana-mana diantara obrolan kami terkadang aku menangkap bahwa sebenarnya ada kerinduan dirinya untuk bertemu dengan konco-konconya kala di sekolah dulu,sembari lalu juga cak Budi ga tahu harus bagaimana untuk mewujudkannya,tak terasa 4 jam aku bersamanya akhirnya aku mohon pamitan diri untuk pulang dengan berjanji beberapa waktu kemudian aku akan mengunjunginnya lagi baik ditempat dia bekerja ataupun rumahnnya.kami pun berpisah dengan senyum yang tak pernah aku lupakan cak Budi berkata dia tak pernah bermimpi akan bertemu dengan adik kelasnnya disaat seperti ini.
2 Minggu kemudian aku berkunjung ke Jatinegara lagi,setelah urusanku usai aku mencari cak Budi ditempat ‘kerja’nya atau tempat dia mangkal,sosoknya tak kutemui,aku mencoba bertanya kepada yang lainnya kemana gerangan cak Budi tapi tidak ada yang tahu bahkan banyak yang tak kenal,dengan sedikit putus asa akhirnya aku mencoba mampir ke kontrakannya,ternyata kontrakanya sudah ditempati oleh orang lain,sungguh aneh dan segera aku mencoba mencari informasi ini dengan bertanya kepada tetangga sebelah tentang keberadaan Cak Budi,tidak banyak yang aku dapat bahkan aku dibuat sangat terkejut ketika para tetangga menginfokan Cak Budi tak tampak lagi bersama anak perempuannya setelah memakamkan cucunya seminggu lalu,inallilahi aku sungguh kaget…kemana gerangan cak Budi pergi??aku menyesal tak bisa membantu cak Budi disisa usiannya,aku menyesal hanya sesaat mengenalnya dan aku menyesal tidak bisa membantunya saat dia membutuhkan biaya kuliahnya,aku menyesal… atau mungkin karena aku merasa bahwa cak Budi adalah bagian dari diriku juga yang terlahir sama dari ‘rahim’ sekolah terhebat di Indonesia ini,hingga sesal itu bergumpal dihatiku sungguh suatu sesal yang tak terperihkan.
Reks…andaikata aksi pay it Forward juga kita lakukan di komunitas kita dengan cara kita sendiri tentunya kemudian kita mendatangi 3 orang Ikasmanca (tidak peduli asal angkatan atau kelas) yang sedang membutuhkan bantuan kemudian kita mencoba membantu hingga berhasil melepaskan problemnya dan meminta mereka melakukan hal yang sama kepada para Ikasmanca yang lain dan seterusnya seperti itu,wow aku yakin bahwa cerita cak Budi diatas tak akan terjadi ,aku juga percaya aksi ini jika terlaksana dengan baik akan menjadi suatu cerita sejarah yang indah bagi alumninnya dari generasi ke generasi bahwa Lulusan SMA 5 Surabaya adalah kumpulan orang hebat yang sangat ‘care’ dengan sesamanya…any comment reks
Salam KOMpaaaks
Edo su Edo ‘88
Kadang kita tidak menyadari bahwa kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan ke orang lain mungkin saja sangat berpengaruh besar bagi seseorang ….
Semoga Cak Budi dapat melalui kehidupan ini dengan lebih baik dan bahagia
Andaikata konco menemukan kebaikan dari artikelku iki monggo , PAY IT FORWARD…
MY OPINION : AKSI “PAY IT FORWARD” to IKASMANCA
Terbangunya Tali Silaturahmi yang kokoh selalu didasari dengan komunikasi dan informasi yang selalu Lancar dan TERBARU jika setuju masukan email Konco disini:
Subscribe to:
Post Comments (RSS)
3 comments:
Cak Edo,
Aku setuju usul sampeyan.
Mugo2 aku iso segera ngewujudno usulan PAY IT FORWARD kuwi.
Sakdurunge, aku ijin yo Cak, arep ndeleh postingan iki nang blogku. Suwun sakdurunge.
Dungakno aku iso njalakno PF yo Cak.
Bismillah...
Salam Sukses,
Lathifah Ambarwati (Iva'90)
http://mamaselma.wordpress.com
Monggo Va untuk diposting asal jenengku ga dilangno yo n maju terus pantang mundur ...
Salam KOMpaaaks
Edo88
Apik tenan cak tulisane. Tadinya ta' kiro cerito karangan. Terus berkarya!
Post a Comment