Mungkin diantara teman2 ndak banyak yg suka mbaca fiksi atau novel. Saya sendiri sudah kadung ndak bisa tidur kalo ndak mbaca dulu. Satu novel yg terbilang
sangat bagus adalah Saman, oleh Ayu Utami lebih 10 tahun lalu, gaya bahasanya sungguh berbeda, bahkan para senior sastra pun terkaget2 ketika tahu pengarangnya perempuan.
Saman adalah cerita tentang tentang Wisanggeni, seorang pastor dari ordo Jesuit di Prabumulih Sumatera, yg desa dan kebun karetnya cerai berai karena kerakusan pengusaha yg dibeking aparat dan tentara. Pastor itu pun alih profesi jadi aktivis anti pemerintah, alih nama jadi Saman, nama yg terdiri dari dua suku kata seperti Lenin atau Stalin.
Larung adalah kelanjutan dari Saman. Ketika timbul kekecewaan ternyata payung organisasi di luar negeri punya agenda sendiri, ketika para aktivis diundang di
jamuan makan malam super mewah tetapi permintaan mereka untuk membeli printer yang harganya tidak seberapa ditolak. Akhir cerita, mereka tertangkap
aparat dan terbunuh di ruang interogasi.
Karena pikiran saya sudah kadung tercemari fiksi dan novel, itulah yg terlintas ketika kawan Agus Purwantoro tertangkap. Agus adalah aktivis seperti
Saman dan Larung, yg mungkin meledak-ledak emosinya ketika melihat orang-orang dizalimi di Poso. Kerusuhan Poso seperti halnya Ambon, sebetulnya posisi muslim
lebih banyak menjadi korban. Kalau Saman yang pastor
pun alih profesi, hal yang sama mungkin terjadi pada Agus yang santri. Kalau Larung bergerak sampai New York, maka Agus melintasi Malaysia menuju Suriah.
Aparat pun punya agenda dan kepentingan sendiri. Disisi lain, kompetensi aparat belum tentu memadai.Mungkin teman2 ada yg ingat, satu2nya bom yg mbledug
di Surabaya terjadi di dekat rumah saya, dan waktu itu saya sudah cerita bahwa ibu saya berkali-kali didatangi polisi dengan pertanyaan2 konyol dan terbukti bom di Kedung Sroko tidak pernah terungkap pelakunya.
Jadi, memang beginilah perjalanan nasip dan takder manusia. Sebagian dari kita memilih tidak berkarir mencari uang melainkan memperjuangkan prinsip2 yang
diyakininya. Apapun pilihan kita, senantiasa menghadapi tantangan konsistensi, lalu tantangan untuk menjaga kepatutan dan kesantunan. Dan itu semua tidak
mudah.
wassalam
koh te je
Belajar dari Kisah Saman Dan Larung = Agus Purwantoro???
Terbangunya Tali Silaturahmi yang kokoh selalu didasari dengan komunikasi dan informasi yang selalu Lancar dan TERBARU jika setuju masukan email Konco disini:
Subscribe to:
Post Comments (RSS)
0 comments:
Post a Comment